INDOTIPIKOR.COM–INFO BAPA AING—Gagasan, Ide dan Ilmu Pengetahuan Visi Jawa Barat Dimasa Depan
Oleh: Aming Soedrajat
“Jika bangsa ini ingin menjadi bijaksana sekaligus kuat, jika kita ingin mencapai takdir kita maka kita membutuhkan lebih banyak ide baru untuk lebih banyak orang bijak membaca lebih banyak buku bagus di lebih banyak tempat,’ John F. Kennedy (JFK) Presiden ke-35 Amerika Serikat.
Kalimat dari John F. Kennedy Presiden Amerika Serikat ke-35 tersebut merupakan mantra sakti yang diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi untuk membangun daerah yang dipimpinnya.
Ruang ide, gagasan dan ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan dasar untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas tinggi agar mampu mengelola kekayaan alam dan setiap peluang untuk menggerakkan potensi ekonomi.
Kesungguhan mewujudkan hal itu terlihat bagaimana Kang Dedi membenahi pendidikan sebagai pondasi utama untuk mencerdaskan generasi masa depan. Ilmu pengetahuan yang diajarkan disekolah tidak hanya sebatas teoritis, tapi realisasi dan aplikasi menjadi kebutuhan yang dibutuhkan untuk hal itu.
Ide, pengetahuan dan gagasan pada sejatinya bukan sekedar untuk dihapal atau diingat, tetapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mental dan karakter anak didik juga menjadi hal penting yang tak terpisahkan, anak yang memiliki kebiasaan tidak baik akan dididik lebih tegas agar tidak salah kaprah.
Revolusi Pendidikan dan Revolusi Kebudayaan
Pendidikan dan Kebudayaan merupakan dual hal yang tak terpisahkan dalam pembangunan Jawa Barat. Kebudayaan masyarakat yang mulai ditinggalkan harus kembali diterapkan karena merupakan identitas masyarkat.
Sementara pendidikan merupakan hak dasar publik yang harus diterima oleh setiap anak-anak. Pembangunan sarana dan prasarana fisik seperti ruang kelas akan dibangun besar-besaran secara menyeluruh di semua kabupaten dan kota.
Bagi Kang Dedi, pembangunan fisik jauh lebih mudah dari pada membangun manusia, itu menjadi tantangan terbesarnya dalam membangun Jawa Barat. Revolusi Pendidikan bukan sekedar wacana atau omon-omon, tapi keharusan untuk mewujudkan Jawa Barat Istimewa.
Persoalannya, gagasan revolusioner Kang Dedi ini tidak dibarengi dengan kesungguhan para pemangku kebijakan teknis seperti birokrat dan sebagainya. Birokrat merupakan golongan yang anti revolusioner. Mereka lebih mendahulukan kepentingan pribadi daripada sumpah dihadapan Tuhan untuk menjalankan kepentingan negara.
Guru, dalam kontek formal seharusnya menjadi pelopor perubahan tersebut. Tetapi realitanya, banyak oknum-oknum guru yang mengenyampingkan kewajibannya. Kualitas dan rekrutmen guru juga terkadang tidak berbanding lurus.
Tantangan-tangan seperti itulah yang harus diselesaikan oleh Kang Dedi. Keselarasan dan kesamaan visi dengan pemerintahan disetiap kabupaten dan kota di Jawa Barat akan membantu mempermudah mengoperasionalkan gagasan yang akan diterpakannya.
Merubah kebiasaan yang sudah mengakar memang akan memiliki dampak yang ditimbulkan. Tetapi itu bukan hal serius, yang harus disadari adalah ketika generasi masa depan lemah secara fisik dan mental, lemah secara kemampuan, pengetahuan dan keahlian, disanalah peluang besad bagi orang lain untuk mendayagunakan dan mengekploitasi secara cuma-cuma.
Generasi lemah merupakan keinginan orang lain dan bangsa lain. Karena generasi yang lemah tidak akan mampu bersaing apalagi menciptakan hal-hal besar untuk perkembangan peradaban manusia.
Gambar: Istimewa



