JAKARTA ––INDOTIPIKOR.COM– Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengajak lulusan Pondok Pesantren (Ponpes) Luhur Al-Tsaqofah menjadi mahasiswa sekaligus santri (Mahasantri) yang tetap bermukim dan belajar di lingkungan pesantren.
Menteri yang akrab disapa Gus Halim itu juga mengatakan, santri selalu dominan menempati ruang sosial yang sempurna, sebelum lahir menjadi nama-nama ulama besar di Indonesia.
“Masih terlalu banyak ilmu yang harus digali dari sini, yang meneruskan kuliah di Jakarta. Ya sambil kuliah di UI (Universitas Indonesia) misalnya, juga melanjutkan di sini. Nanti pasti menjadi lulusan yang jauh lebih sempurna,” kata Gus Halim saat Wisuda dan Kelulusan Santri Angkatan Ke-IX, Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqofah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (11/5/2024).
Gus Halim menjabarkan, nilai dan karakter kesantrian memiliki korelasi positif dalam membangun keperibadian dan peranan sosial.
Sejarah keemasan santri tak bisa dipandang sebelah mata, bahkan sejarah itu lahir di zaman sebelum Islam berkembang pesat di Indonesia. Dengan segala kekhasan yang dimiliki, santri telah menempati sudut pandang tersendiri di hati masyarakat Indonesia.
Mahasantri akan selalu identik dengan lingkungan pesantren. Oleh karena itu, kehidupan pesantren adalah karakter yang melekat pada santri, kendati berada di bangku kuliah.
Kepribadian yang religius, sikap sosial yang akomodatif, lanjut Profesor Kehormatan UNESA ini, adalah bagian dari karakteristik lingkungan pesantren.
Namun secara invidu santri juga memiliki keunikan moral sosial yang berbeda-beda, hal itu dampak dari dialektika antara santri dengan para guru atau kiai saat di pesantren.
“Karena bedanya orang mondok dengan yang tidak mondok itu sangat jelas. Yakni ketika masuk ke dalam komunitas-komunitas masyarakat,” jelas Doktor Kehormatan UNY itu.
Gus Halim juga menerangkan, semua aktivitas santri di bangku pendidikan maupun saat berbaur dengan masyarakat, dipandang sebagai ibadah kepada Allah SWT, dan merupakan bagian integral dari totalias kehidupan keagamaan.
Sehingga dalam praktiknya, Mahasantri mengutamakan sikap dan perilaku yang beroreintasi kuat pada kehidupan ukhrawi dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya menyaksikan betul. Berpuluh-puluh tahun saya hidup dalam komunitas masyarakat secara umum, dari berbagai lapisan sosial,” ujar mantan Ketua DPRD Jawa Timur ini.
Hadir dalam acara tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqofah, KH Said Aqil Siradj bersama istrinya Hj Nur Hayati, dan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron.
Teks: Dayat/Kemendes PDTT—-BR/Humas/KDPDTT/V/2024/08.
WACHAMEUH